BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian.
Luas wilayah
Kecamatan Cisarua adalah 5536,41
Ha yang merupakan bagian dari Kabupaten
Bandung Barat. Berdasarkan Perda No 01 tahun 2001 mengenai Rencana Pola
penataan ruang dan wilayah, pada Bab III Pasal 26 Kecamatan Cisarua di bagi
atas beberapa kawasan pengelolaan, yaitu
kawasan hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan ruang terbuka
hijau, kawasan hutan produksi, kawasan pertanian lahan basah, kawasan lahan
kering, kawasan industri, kawasan permukiman. (Perda No.1 tahun 2001).
Berdasarkan
Perda No.1 tahun 2001 Pasal 26 menyebutkan bahwa kawasan hutan Lindung di
Kabupaten Bandung berfungsi sebagai :
a. Kawasan
yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya ;
b.Kawasan perlindungan setempat ;
c. Kawasan
Suaka Alam ;
d.
Kawasan Pelestarian Alam ;
e. Kawasan
Rawan Bencana.
Keadaan
topografi Kecamatan Cisarua bervariasi mulai dari landai-berombak, agak
miring-bergelombang, miring-berbukit, agak curam, curam-sangat curam dengan
ketinggian 1.200 m sampai dengan 1.300 m diatas permukaan laut. Kemiringan
lereng dari 15%-45%, wilayah di atas 15% -45% secara potensial merupakan sumber
erosi (Sub balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1995).
1. Bentuk Lahan
Bentuk
lahan daerah penelitian dapat dikelompokkan ke dalam bentuk lahan asal volkanik
terdiri atas lereng atas (V3), lereng tengah (V4) dan lereng bawah (V5)
Lereng
gunung api atas (V3) adalah suatu bentuk lahan yang merupakan hasil aktifitas
gunung api, yang terletak pada batas bawah kerucut gunung api sampai batas atas
lereng gunung api tengah, Ketinggian tempat antara 1228-1128 meter dari
permukaan laut. Bentuk lereng umumnya cekung. Lereng berkisar antara 15-45%.
Klasifikasi lereng menurut Desaunettes, 1977 (dikutip dari Mangunsukardjo,
1985) agak miring-bergelombang sampai sangat curam. Geologi penyusunnya terdiri
dari batuan beku berupa abu, pasir, dan batuan gunung api. Drainase sangat baik
dan air tak pernah tergenang. Kedalaman air tanah sedang sampai dalam. Proses
yang terjadi terdiri dari proses kikisan dengan erosi parit, erosi lembah, dan
longsoran tanah. Solum tanah sedang sampai dalam. Tekstur halus sampai sedang.
Liputan lahan umumnya hutan, hutan pinus, ladang dan tanaman campuran.
Lereng
gunung api tengah (V4), terletak antara lereng atas dan lereng bawah. Merupakan
suatu bentuk lahan hasil aktifitas gunung api, terletak pada batas bawah lereng
gunung api atas (V3) sampai batas lereng tengah dengan ketinggian antara
1128-945 meter dari permukaan laut. Bentuk lereng umumnya cekung. Lereng
berkisar antara 8-15% kadang diselingi oleh lereng kurang dari 15%. Topografi
daerah penelitiannya berombak sampai sangat curam. Geologi penyusun terdiri
dari batuan beku berupa abu, pasir dan batuan gunung api. Drainase sangat baik
dan air tak pernah tergenang, kedalaman air sedang sampai dalam. Proses erosi terdiri dari proses kikisan
dengan erosi parit, erosi lembah dan longsoran lahan. Solum tanah sedang sampai
dalam. Tekstur halus sampai sedang. Liputan lahan umumnya hutan bambu, semak,
ladang dan tanaman campuran.
Lereng
gunung api bawah (V5) terletak pada kaki gunung api (V6) sampai batas atas
gunung api tengah (V4), ketinggian 945-778 meter. Bentuk lereng umumnya
cembung. Lereng berkisar antara 8-30%. Topografi agak miring-bergelombang
sampai miring-berbukit. Geologi penyusunnya terdiri dari rombakan gunung api.
Drainase kadang-kadang sering tergenang. Kedalaman air tanah sedang sampai
dalam. Proses yang terjadi terdiri dari proses kikisan dengan erosi lembar,
parit dan longsoran lahan. Solum tanah sedang sampai sedang. Tekstur halus
sampai sedang. Liputan lahan berupa sawah tadah hujan, ladang dan tanaman
campuran.
2. Tanah.
Data tanah mengacu pada peta tanah semi
detil skala 1:50.000 yang dibuat oleh Lembaga penelitian tanah Bogor thn 1977.
Jenis tanah di daerah penelitian adalah jenis tanah Litosol Coklat, tekstur
berliat (clay) dan lempung berliat (clay loam), struktur granuler halus,
permeabilitas lambat sampai sangat lambat, bahan organik rata-rata kurang dari
2%, pH 5,5-5,8 bahan induk dari bahan lepas gunung api tua berumur kwarter.
3. Hidrologi.
Daerah
penelitian berlokasi di atas patahan lembang yang bersebelahan dengan Gunung
Tangkuban Perahu dengan ketinggian antara 1200-1300 meter diatas permukaan
laut. Sumber aliran sungai berasal dari pegunungan sekitarnya berupa aliran
tetap (permanen) yang mengalir sepanjang tahun dan aliran tidak tetap (semi
permanen) disekitar lokasi pertanian lahan kering hanya dialiri oleh air pada
saat turun hujan. Sungai-sungai yang relatif permanen tersebut diantaranya Curug
Cimahi berupa aliran sungai yang berasal dari sekitar kaki gunung
Burangrang, dan sebagaian dari lereng
gunung tangkuban perahu termasuk ke dalam Sub DAS Maribaya. Pola aliran sungai di daerah
penelitian termasuk pola subdendritik dengan bentuk memanjang ke arah pola
paralel.
4. Penggunaan Lahan di daerah Penelitian.
Berikut ini adalah tabel
mengenai penggunaan lahan di daerah penelitian. (Tabel 3).
Tabel Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah
No
|
Pemanfaatan Kawasan wilayah
|
Luas Lahan (Ha)
|
Persen (%)
|
1
|
kawasan hutan lindung
|
625
|
11,30
|
2
|
kawasan pelestarian alam
|
317
|
5,73
|
3
|
Kawasan ruang terbuka hijau
|
125
|
2,26
|
4
|
Kawasan hutan produksi
|
512
|
9,25
|
5
|
Kawasan pertanian lahan basah
|
377
|
6,81
|
6
|
Kawasan pertanian lahan kering
|
2.693
|
48,6
|
7
|
Kawasan zona industri
|
2
|
0,04
|
8
|
Kawasan permukiman pedesaan
|
576
|
10,4
|
9
|
Kawasan permukiman perkotaan
|
39
|
0,70
|
10
|
lain-lain
|
270,41
|
4,88
|
Total
|
5.536,41
|
100
|
(Sumber: Wikipedia, Potensi
Kabupaten Bandung, 2001)
Pada saat
musim hujan aktifitas pertanian disini berupa tanaman sayur dan padi yang
menggunakan air, selain itu terdapat ladang
pada lahan kering tanpa media air yang menggunakan sistem tumpang gilir.
Tanaman yang diusahakan pada umumnya ketela, padi gogo, jagung dan sayuran. Kebun
campuran adalah kombinasi antara tanaman tahunan dan semusim yaitu tanaman
keras, dan palawija.
5. Satuan Unit Lahan Daerah Penelitian
Salah satu
cara mengetahui tingkat kerusakan sub DAS adalah dengan mengklasifikasikannya
menjadi satuan unit lahan berdasarkan
karakter bentuk lahan, kelas kemiringan lahan, jenis tanah dan faktor
tanaman.
Satuan
lahan pada daerah penelitian menggunakan sistem unit lahan (land unit) yaitu
satuan lahan yang memiliki kesamaan sifat atau unsur dalam hal iklim,
kemiringan lereng, relief, material pembentuk, tanah, dan penggunaan
lahan. Kesamaan fisik sifat tersebut
kemudian digambarkan batasnya secara tegas di peta dalam bentuk satuan unit
terkecil, sehingga masing-masing lahan memiliki karakteristik atau kualitas
lahan tertentu.
Dari seluruh daearah yang
diamati terdiri dari satu bentukan asal (bentuk lahan volkanik), 3 satuan
bentuk lahan dan 14 satuan lahan.
Tabel 4. Persebaran satuan lahan di
daerah Penelitian
No
|
Satuan Lahan
|
Luas lahan (%)
|
Penggunaan
lahan
|
Tanah
(m) Jenis
|
|||||||
11
|
V3
|
V
|
Li
|
|
27,50
|
3,81
|
|
93
|
Litosol
|
||
12
|
V3
|
IV
|
Li
|
|
53,89
|
7,46
|
|
86
|
Litosol
|
||
13
|
V3
|
IV
|
Li
|
|
4,69
|
0,65
|
|
60
|
Litosol
|
||
14
|
V3
|
V
|
Li
|
|
27,19
|
3,77
|
|
92
|
Litosol
|
||
(Hasil Penelitian 1997)
Pendugaan Erosi Permukaan dengan
Formula USLE
a. Faktor erosifitas
hujan (R)
Perhitungan indeks erosifitas hujan didasarkan
pada rumus Bols (1978). Data yang diperlukan meliputi curah hujan bulanan,
jumlah hari hujan dan hujan harian maksimum selama 10 tahun (1987-1995), yang
diperoleh dari 3 stasiun pengamat hujan yang terdekat yaitu stasiun pengamat hujuan
di stasiun Bandung.
Tabel 5. Data Curah hujan di
Stasiun Bandung tahun 2003-2006
Bulan
|
2004
|
2005
|
2006
|
Jumlah
|
Rerata
|
Januari
|
72,1
|
195,6
|
168,2
|
435.9
|
145.3
|
Februari
|
265,6
|
191,2
|
416,7
|
873.5
|
291.2
|
Maret
|
365,0
|
240,8
|
307,7
|
913.5
|
304.5
|
April
|
136,0
|
304,8
|
166,9
|
607.7
|
202.6
|
Mei
|
111,7
|
286,5
|
190,6
|
588.8
|
196.3
|
Juni
|
37,4
|
76,2
|
201,6
|
315.2
|
105.1
|
Juli
|
40,5
|
34,4
|
76,3
|
151.2
|
50.4
|
Agustus
|
74,7
|
11,4
|
64,2
|
150.3
|
50.1
|
September
|
76,3
|
84,7
|
145,3
|
306.3
|
102.1
|
Oktober
|
314,2
|
83,5
|
114,9
|
512.6
|
170.9
|
November
|
185,9
|
184,4
|
225,8
|
596.1
|
198.7
|
Desember
|
197,2
|
238,9
|
204,7
|
640.8
|
213.6
|
EI30 (ton/ha)
|
|
|
|
6091.9
|
507.66
|
Sumber: Badan Meteorologi
dan Geofisika, Propinsi Jawa Barat 2010.
b. Faktor erodibilitas (K)
Untuk mengetahui faktor erodibilitas tanah
digunakan nomograf dari Wischmeier dan Smith (1978) atau menggunakan persamaan
:
K = (1,292) x (2,1) (M1.14)(10
-4)(12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)
100
K = Indeks erodibilitas tanah
M = % pasir halus dan debu (diameter 0,1-0,05 mm dan 0,05-0,02 mm) x (100 -
% liat)
a = % bahan organik
b = kelas struktur tanah
c = kelas permeabilitas tanah
Tabel 6. Indek Erodibilitas di daerah
Penelitian.
No
|
Satuan lahan
|
Pasir kasar (%)
|
Pasir Halus +
Debu
|
Liat
|
Bahan Organik
|
Kelas struktur
|
P
|
Indeks K
|
11
|
V3 V
|
11
|
24
|
65
|
0,84
|
2
|
6
|
0,168
|
12
|
V3 IV
|
11
|
17
|
72
|
1,12
|
2
|
6
|
0,148
|
13
|
V3 IV
|
10
|
5
|
85
|
2,39
|
2
|
6
|
0,085
|
14
|
V3 V
|
18
|
24
|
58
|
0,86
|
2
|
6
|
0,218
|
(Balai Penelitian tanaman hortikultura Lembang,
1997)
c. Faktor Lereng (Topografi)
Faktor
topografi yang paling besar pengaruhnya terhadap erosi adalah panjang lereng
(L) dan kemiringan lereng (S). Perhitungan indeks faktor lereng (LS)
berdasarkan persamaan Keersebilk, 1984 (dalam Tukidal, 1984) yaitu dengan
formula:
LS = √
(x/22,13) x (0,0138 + 0,965 S + 0,00138 S 2 / 6,6613) , dimana
LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng
x = Panjang Lereng
S = Kemiringan lereng
Tabel 7. Nilai LS di Daerah Penelitian
No
|
Satuan Lahan
|
Rerata Panjang
(m)
|
Rerata
kemiringan (%)
|
Nilai LS
|
11
|
V3 V
|
137,5
|
41,2
|
32,37
|
12
|
V3 IV
|
130,2
|
24,3
|
12,19
|
13
|
V3 IV
|
128,9
|
21,2
|
9,53
|
14
|
V3 V Lb
|
134,2
|
34,1
|
22,65
|
d. Faktor Pengelolaan tanaman (C)
e. Faktor Konservasi tanah (P)
Tabel 8. Klasifikasi erosi
di daerah Penelitian
No
|
Satuan Lahan
|
Kedalaman Tanah
(cm)
|
Permeabilitas (sub soil cm/jam)
|
Berat V.tanah
(gr/cc)
|
Laju erosi
tanah potensial (ton/ha/th)
|
Laju erosi yg
dpt ditolerir (ton/ha/th)
|
Klasifikasi
laju erosi
|
11
|
V3 V
|
94
|
1,18
|
1,26
|
34,79
|
38,34
|
R
|
12
|
V3 IV
|
86
|
1,17
|
1,27
|
425,95
|
38,76
|
SB
|
13
|
V3 IV L
|
60
|
1,16
|
1,26
|
5,18
|
25,36
|
R
|
14
|
V3 V Lc L
|
92
|
1,17
|
1,26
|
1161,17
|
38,79
|
SB
|
(Hasil analisis lab dan perhitungan)
Tabel 9. Klasifikasi erosi
permukaan di konversikan dalam mm/ha/tahun
No
|
Satuan Lahan
|
R
|
K
|
LS
|
CP
|
Besar erosi
tanah (ton/ha/th)
|
Besar erosi
tanah mm/ha/th
|
11
|
V3 V L
|
1599,4
|
0,168
|
32,37
|
0,004
|
34,79
|
1,54
|
12
|
V3 IV L
|
1599,4
|
0,148
|
12,19
|
0,147
|
425,95
|
18,86
|
13
|
V3 IV L
|
1599,4
|
0,085
|
9,53
|
0,004
|
5,18
|
0,22
|
14
|
V3 V L
|
1599,4
|
0,218
|
22,65
|
0,147
|
1161,17
|
51,43
|
(Sumber Hasil pengukuran dengan Metode USLE dari Wischmeier dan Smith,
1978)
Keterangan :
-
Berat
volume tanah berkisar antara 0.8 gr/cc – 1.6 gr/cc
-
Pada
umumnya tanah berkadar liat tinggi mempunyai berat volume antara 1.0 s/d 1.2
gr/cc.
Arahan Bentuk dan Prioritas
Konservasi Lahan
Arahan
prioritas konservasi didasarkan pada evaluasi antara tingkat erosi permukaan dengan
pengelolaan lahan sekarang. Cara menentukan prioritas konservasi menggunakan
analisa matrik yaitu menggabungkan laju erosi permukaan dengan pengelolaan yang
ada sekarang.
Tabel 10. Arahan bentuk konservasi di daerah penelitian
No
|
Satuan Lahan
|
Laju erosi
|
Nilai CP
|
Nilai CP’
|
Kedalaman tanah
(cm)
|
Alternatif
penggunaan lahan
|
Alternatif
bentuk konservasi
|
11
|
V3 V L
|
R
|
0,004
|
0,005
|
94
|
V1,V2,V6
|
T2,T4,T5,T6
|
12
|
V3 IV Lb L
|
SB
|
0,147
|
0,001
|
86
|
V1,V2
|
T1,T4,T5
|
13
|
V3 IV Lb
|
R
|
0,004
|
0,091
|
60
|
V1,V2
|
T2,T3,T6
|
14
|
V3 V Lc L
|
SB
|
0,147
|
0,003
|
92
|
V1,V4,V6
|
T1,T4,T5
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar