Minggu, 29 Juli 2012

bab 4


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Kondisi Fisik Daerah Penelitian.
      Luas wilayah Kecamatan Cisarua       adalah 5536,41 Ha  yang merupakan bagian dari Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan Perda No 01 tahun 2001 mengenai Rencana Pola penataan ruang dan wilayah, pada Bab III Pasal 26 Kecamatan Cisarua di bagi atas beberapa kawasan pengelolaan, yaitu  kawasan hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan ruang terbuka hijau, kawasan hutan produksi, kawasan pertanian lahan basah, kawasan lahan kering, kawasan industri, kawasan permukiman. (Perda No.1 tahun 2001).
Berdasarkan Perda No.1 tahun 2001 Pasal 26 menyebutkan bahwa kawasan hutan Lindung di Kabupaten Bandung berfungsi sebagai :
a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya ;
b.Kawasan perlindungan setempat ;
c. Kawasan Suaka Alam ;
d.      Kawasan Pelestarian Alam ;
e. Kawasan Rawan Bencana.

            Keadaan topografi Kecamatan Cisarua bervariasi mulai dari landai-berombak, agak miring-bergelombang, miring-berbukit, agak curam, curam-sangat curam dengan ketinggian 1.200 m sampai dengan 1.300 m diatas permukaan laut. Kemiringan lereng dari 15%-45%, wilayah di atas 15% -45% secara potensial merupakan sumber erosi (Sub balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1995).
1. Bentuk Lahan
Bentuk lahan daerah penelitian dapat dikelompokkan ke dalam bentuk lahan asal volkanik terdiri atas lereng atas (V3), lereng tengah (V4) dan lereng bawah (V5)
Lereng gunung api atas (V3) adalah suatu bentuk lahan yang merupakan hasil aktifitas gunung api, yang terletak pada batas bawah kerucut gunung api sampai batas atas lereng gunung api tengah, Ketinggian tempat antara 1228-1128 meter dari permukaan laut. Bentuk lereng umumnya cekung. Lereng berkisar antara 15-45%. Klasifikasi lereng menurut Desaunettes, 1977 (dikutip dari Mangunsukardjo, 1985) agak miring-bergelombang sampai sangat curam. Geologi penyusunnya terdiri dari batuan beku berupa abu, pasir, dan batuan gunung api. Drainase sangat baik dan air tak pernah tergenang. Kedalaman air tanah sedang sampai dalam. Proses yang terjadi terdiri dari proses kikisan dengan erosi parit, erosi lembah, dan longsoran tanah. Solum tanah sedang sampai dalam. Tekstur halus sampai sedang. Liputan lahan umumnya hutan, hutan pinus, ladang dan tanaman campuran.
Lereng gunung api tengah (V4), terletak antara lereng atas dan lereng bawah. Merupakan suatu bentuk lahan hasil aktifitas gunung api, terletak pada batas bawah lereng gunung api atas (V3) sampai batas lereng tengah dengan ketinggian antara 1128-945 meter dari permukaan laut. Bentuk lereng umumnya cekung. Lereng berkisar antara 8-15% kadang diselingi oleh lereng kurang dari 15%. Topografi daerah penelitiannya berombak sampai sangat curam. Geologi penyusun terdiri dari batuan beku berupa abu, pasir dan batuan gunung api. Drainase sangat baik dan air tak pernah tergenang, kedalaman air sedang sampai dalam. Proses erosi terdiri dari proses kikisan dengan erosi parit, erosi lembah dan longsoran lahan. Solum tanah sedang sampai dalam. Tekstur halus sampai sedang. Liputan lahan umumnya hutan bambu, semak, ladang dan tanaman campuran.
Lereng gunung api bawah (V5) terletak pada kaki gunung api (V6) sampai batas atas gunung api tengah (V4), ketinggian 945-778 meter. Bentuk lereng umumnya cembung. Lereng berkisar antara 8-30%. Topografi agak miring-bergelombang sampai miring-berbukit. Geologi penyusunnya terdiri dari rombakan gunung api. Drainase kadang-kadang sering tergenang. Kedalaman air tanah sedang sampai dalam. Proses yang terjadi terdiri dari proses kikisan dengan erosi lembar, parit dan longsoran lahan. Solum tanah sedang sampai sedang. Tekstur halus sampai sedang. Liputan lahan berupa sawah tadah hujan, ladang dan tanaman campuran.
2. Tanah.
       Data tanah mengacu pada peta tanah semi detil skala 1:50.000 yang dibuat oleh Lembaga penelitian tanah Bogor thn 1977. Jenis tanah di daerah penelitian adalah jenis tanah Litosol Coklat, tekstur berliat (clay) dan lempung berliat (clay loam), struktur granuler halus, permeabilitas lambat sampai sangat lambat, bahan organik rata-rata kurang dari 2%, pH 5,5-5,8 bahan induk dari bahan lepas gunung api tua berumur kwarter.

3. Hidrologi.
Daerah penelitian berlokasi di atas patahan lembang yang bersebelahan dengan Gunung Tangkuban Perahu dengan ketinggian antara 1200-1300 meter diatas permukaan laut. Sumber aliran sungai berasal dari pegunungan sekitarnya berupa aliran tetap (permanen) yang mengalir sepanjang tahun dan aliran tidak tetap (semi permanen) disekitar lokasi pertanian lahan kering hanya dialiri oleh air pada saat turun hujan. Sungai-sungai yang relatif permanen tersebut diantaranya Curug Cimahi berupa aliran sungai yang berasal dari sekitar kaki gunung Burangrang,  dan sebagaian dari lereng gunung tangkuban perahu termasuk ke dalam Sub DAS  Maribaya. Pola aliran sungai di daerah penelitian termasuk pola subdendritik dengan bentuk memanjang ke arah pola paralel.

4. Penggunaan Lahan di daerah Penelitian.
Berikut ini adalah tabel mengenai penggunaan lahan di daerah penelitian. (Tabel 3).
Tabel  Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah

No
Pemanfaatan Kawasan wilayah
Luas Lahan (Ha)
Persen (%)
1
kawasan hutan lindung
625
11,30
2
kawasan pelestarian alam
317
5,73
3
Kawasan ruang terbuka hijau
125
2,26
4
Kawasan hutan produksi
512
9,25
5
Kawasan pertanian lahan basah
377
6,81
6
Kawasan pertanian lahan kering
2.693
48,6
7
Kawasan zona industri
2
0,04
8
Kawasan permukiman pedesaan
576
10,4
9
Kawasan permukiman perkotaan
39
0,70
10
lain-lain
270,41
4,88
Total
5.536,41
100
 (Sumber: Wikipedia, Potensi Kabupaten Bandung, 2001)
Pada saat musim hujan aktifitas pertanian disini berupa tanaman sayur dan padi yang menggunakan air, selain itu terdapat ladang  pada lahan kering tanpa media air yang menggunakan sistem tumpang gilir. Tanaman yang diusahakan pada umumnya ketela, padi gogo, jagung dan sayuran. Kebun campuran adalah kombinasi antara tanaman tahunan dan semusim yaitu tanaman keras, dan palawija.

5. Satuan Unit Lahan Daerah Penelitian
Salah satu cara mengetahui tingkat kerusakan sub DAS adalah dengan mengklasifikasikannya menjadi satuan unit lahan berdasarkan  karakter bentuk lahan, kelas kemiringan lahan, jenis tanah dan faktor tanaman.
Satuan lahan pada daerah penelitian menggunakan sistem unit lahan (land unit) yaitu satuan lahan yang memiliki kesamaan sifat atau unsur dalam hal iklim, kemiringan lereng, relief, material pembentuk, tanah, dan penggunaan lahan.  Kesamaan fisik sifat tersebut kemudian digambarkan batasnya secara tegas di peta dalam bentuk satuan unit terkecil, sehingga masing-masing lahan memiliki karakteristik atau kualitas lahan tertentu.

 B. PEMBAHASAN
Dari seluruh daearah yang diamati terdiri dari satu bentukan asal (bentuk lahan volkanik), 3 satuan bentuk lahan dan  14 satuan lahan.

Tabel  4. Persebaran satuan lahan di daerah Penelitian
No  
Satuan Lahan
Luas lahan    (%)
Penggunaan lahan
      Tanah
(m)         Jenis
11
V3
V
Li

27,50
3,81

93
Litosol
12
V3
IV
Li

53,89
7,46

86
Litosol
13
V3
IV
Li

4,69
0,65

60
Litosol
14
V3
V
Li

27,19
3,77

92
Litosol
                                                                                            (Hasil Penelitian 1997)

Pendugaan Erosi Permukaan dengan Formula USLE
a. Faktor erosifitas hujan (R)
Perhitungan indeks erosifitas hujan didasarkan pada rumus Bols (1978). Data yang diperlukan meliputi curah hujan bulanan, jumlah hari hujan dan hujan harian maksimum selama 10 tahun (1987-1995), yang diperoleh dari 3 stasiun pengamat hujan yang terdekat yaitu stasiun pengamat hujuan di stasiun Bandung.

Tabel 5. Data Curah hujan di Stasiun Bandung tahun 2003-2006
Bulan
2004
2005
2006
Jumlah
Rerata
Januari
72,1
195,6
168,2
435.9
145.3
Februari
265,6
191,2
416,7
873.5
291.2
Maret
365,0
240,8
307,7
913.5
304.5
April
136,0
304,8
166,9
607.7
202.6
Mei
111,7
286,5
190,6
588.8
196.3
Juni
37,4
76,2
201,6
315.2
105.1
Juli
40,5
34,4
76,3
151.2
50.4
Agustus
74,7
11,4
64,2
150.3
50.1
September
76,3
84,7
145,3
306.3
102.1
Oktober
314,2
83,5
114,9
512.6
170.9
November
185,9
184,4
225,8
596.1
198.7
Desember
197,2
238,9
204,7
640.8
213.6
EI30  (ton/ha)



6091.9
507.66
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, Propinsi Jawa Barat 2010.
b. Faktor erodibilitas (K)
Untuk mengetahui faktor erodibilitas tanah digunakan nomograf dari Wischmeier dan Smith (1978) atau menggunakan persamaan :
K =     (1,292) x (2,1) (M1.14)(10 -4)(12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)
                                                  100
K = Indeks erodibilitas tanah
M = % pasir halus dan debu (diameter 0,1-0,05 mm dan 0,05-0,02 mm) x (100 - % liat)
a   = % bahan organik
b   = kelas struktur tanah
c   = kelas permeabilitas tanah
       Tabel 6. Indek Erodibilitas di daerah Penelitian.
No
Satuan lahan
Pasir kasar (%)
Pasir Halus + Debu
Liat
Bahan Organik
Kelas struktur
P
Indeks K
11
V3 V
11
24
65
0,84
2
6
0,168
12
V3 IV
11
17
72
1,12
2
6
0,148
13
V3 IV
10
5
85
2,39
2
6
0,085
14
V3 V
18
24
58
0,86
2
6
0,218
(Balai Penelitian tanaman hortikultura Lembang, 1997)


c. Faktor Lereng (Topografi)
            Faktor topografi yang paling besar pengaruhnya terhadap erosi adalah panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S). Perhitungan indeks faktor lereng (LS) berdasarkan persamaan Keersebilk, 1984 (dalam Tukidal, 1984) yaitu dengan formula:
LS =   √ (x/22,13) x (0,0138 + 0,965 S + 0,00138 S 2 / 6,6613) ,  dimana
LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng
x   = Panjang Lereng
S   = Kemiringan lereng

Tabel 7. Nilai LS di Daerah Penelitian
No
Satuan Lahan
Rerata Panjang (m)
Rerata kemiringan (%)
Nilai LS
11
V3 V
137,5
41,2
32,37
12
V3 IV
130,2
24,3
12,19
13
V3 IV
128,9
21,2
9,53
14
V3 V Lb
134,2
34,1
22,65


d. Faktor Pengelolaan tanaman (C)
e. Faktor Konservasi tanah (P)
Tabel 8. Klasifikasi erosi di daerah Penelitian
No
Satuan Lahan
Kedalaman Tanah (cm)
Permeabilitas (sub soil cm/jam)
Berat V.tanah (gr/cc)
Laju erosi tanah potensial (ton/ha/th)
Laju erosi yg dpt ditolerir (ton/ha/th)
Klasifikasi laju erosi
11
V3 V
94
1,18
1,26
34,79
38,34
R
12
V3 IV
86
1,17
1,27
425,95
38,76
SB
13
V3 IV L
60
1,16
1,26
5,18
25,36
R
14
V3 V Lc L
92
1,17
1,26
1161,17
38,79
SB
(Hasil analisis lab dan perhitungan)

Tabel 9. Klasifikasi erosi permukaan di konversikan dalam mm/ha/tahun
No
Satuan Lahan
R
K
LS
CP
Besar erosi tanah (ton/ha/th)
Besar erosi tanah mm/ha/th
11
V3 V L
1599,4
0,168
32,37
0,004
34,79
1,54
12
V3 IV L
1599,4
0,148
12,19
0,147
425,95
18,86
13
V3 IV L
1599,4
0,085
9,53
0,004
5,18
0,22
14
V3 V L
1599,4
0,218
22,65
0,147
1161,17
51,43
(Sumber Hasil pengukuran dengan Metode USLE dari Wischmeier dan Smith, 1978)
Keterangan :
-          Berat volume tanah berkisar antara 0.8 gr/cc – 1.6 gr/cc
-          Pada umumnya tanah berkadar liat tinggi mempunyai berat volume antara 1.0 s/d 1.2 gr/cc.

Arahan Bentuk dan Prioritas Konservasi Lahan
            Arahan prioritas konservasi didasarkan pada evaluasi antara tingkat erosi permukaan dengan pengelolaan lahan sekarang. Cara menentukan prioritas konservasi menggunakan analisa matrik yaitu menggabungkan laju erosi permukaan dengan pengelolaan yang ada sekarang.
Tabel 10. Arahan bentuk konservasi di daerah penelitian
No
Satuan Lahan
Laju erosi
Nilai CP
Nilai CP’
Kedalaman tanah (cm)
Alternatif penggunaan lahan
Alternatif bentuk konservasi
11
V3 V L
R
0,004
0,005
94
V1,V2,V6
T2,T4,T5,T6
12
V3 IV Lb L
SB
0,147
0,001
86
V1,V2
T1,T4,T5
13
V3 IV Lb
R
0,004
0,091
60
V1,V2
T2,T3,T6
14
V3 V Lc L
SB
0,147
0,003
92
V1,V4,V6
T1,T4,T5







Tidak ada komentar:

Posting Komentar